www.deviantart.com |
oleh Muhammad Suyandi
Aku tak tahu sejak kapan merindu.
Yang kuingat, hanya tentang kejatuhanku.
Ketika surya mengandang pulang sore itu.
Entah berapa bait lagi syair picisan kutulis.
Tentang rambutmu serupa malam magis.
Di remang cahya mata terpendar tangis.
Kubaca lagi suratmu yang lalu
Ada perih mengaduh rindu ,
Tatkala sunyi membalik bola mataku.
Kita berdua telah sepakat terluka
Sedari purba sampai tiba waktunya
Perjumpaan adalah pawang kita
Garis menebal antara senyum dan tangis
Jantung berdebar merapal miris
Sebab cinta bukan hanya pemanis
Kurajah lagi rindu yang terdiam
Mengeja aksara yang sudah buram
Lirih bisik ku menggumam.
Bagaimana bisa aku terluka
Sedari akhir sampai mula
Jiwaku dahaga duhai juwita.
Dengarlah lirih rintihku
Pada malammalam biru
Kekasih, lekas lekaslah memelukku.
Segoro Gunung 10 Januari 2015
No comments:
Post a Comment