Selametan Anak-Cucu Ibrahim


SATU dari sekian banyak keuntungan belajar adalah, kita jadi tahu, paham, mengerti, & semakin ... tidak tahu. Kerana semakin banyak yang diketahui, jauh lebih banyak lagi yang teramat sulit dimengerti. Itulah yang saya alami kala berusaha merunut rantai riwayat keluarga sendiri--yang kemudian mengarah pada jalur kekerabatan para leluhur dengan orangorang terbaik lagi terpuji pada zamannya--yang kemudian tersambung pada sosok besar menyejarah bernama Muhammad Saw. Sampai di sini, saya tertegun sendiri. Ngungun dan ngelangut dalam ketakpercayaan.
Suatu kali, Sinuwun Herman Sinung Janutama, seorang kuncen budaya & sejarah Nusantara, pernah berkata lantang di hadapan kami yang sedang tekun menerima wejangannya, bahwa "Bangsa Nusantara ini adalah pewaris sah (dzuriyath) Nabi Muhammad Saw." Berbekal cadangan pengetahuannya yang linuwih, kami hanya bisa terlongong belaka. Paham atau tidak, urusan belakangan.
Kini, ucapan beliau itu saya amini sepenuhnya. Bagi para pecinta ilmu genealogi, DNA, gen, kromosom, & mitokondria, mesti mudah saja melakukan penelusuran serupa yang saya lakukan bersama rekanrekan dari Khatulistiwamuda. Kami memang bukan melakukan temuan. Melainkan penggalian. Penemuan apa yang selama ini dianggap hilang dan usang, yaitu pentingnya mengenali sanad darah dalam diri sendiri.
Temuan rantai genealogi para raksasa kehidupan yang saya maksud di atas, dikerjakan dengan susah payah oleh sekelompok ilmuwan Yahudi & dilaporkan oleh filsuf Reb Yakov Leib HaKohain dalam Donmeh West dari Neo-Sabbatean. Tak tanggung-tanggung, mereka berhasil merunut jalur kekerabatan Nabi Adam as hingga ke Nabi Ibrahim as--yang kemudian dipungkasi oleh Nabi Muhammad Saw.
Ibrahim as mewarisi darah Adam as dari salah seorang anak Nuh as, Sam. Sedang Ham, saudaranya, menurunkan Ketura, istri ketiga Ibrahim as yang kelak menjadi ibu pertiwi bangsa Nusantara.
Dari Sarah, Ibrahim as beroleh dua anak: Ishaq as (Isaac) & Levi. Ishaq as memunculkan DAUD as (David), sementara dari garis Levi lahirlah MUSA as (Moses). & ISA al-Masih (Yesus Kristus).
Hajar, anak Fir'aun pembangun Piramid & Sphinx, jadi istri kedua Ibrahim as sebagai hadiah dari mertuanya yang berulang kali mengganggu Sarah selama mereka ditahan oleh sang raja tapi selalu gagal. Fir'aun in jelas bukan yang hidup sezaman dengan Musa. Setelah mengetahui bahwa Ibrahim adalah nabiyullah, maka dihadiahkanlah Hajar oleh ayahnya yang digdaya itu. Dari Hajar ini kemudian lahir Ismail as--leluhur bangsa Arab yang kelak nanti memunculkan MUHAMMAD Saw.
Keturah, istri ketiga, lain lagi riwayatnya. Dari rahimnya lahir Midian & Ishbak. Midian memunculkan ZOROASTER (Zaratushtra), Ishbak menurunkan KHRISNA & Sakyamuni (Siddharta BUDDHA Gautama), serta purwarupa bangsa kita di Nusantara. Nama Ketura (bahasa Ibrani), berarti dupa atau kemenyan dalam bahasa Indonesia. Komoditas unggulan yang tak ditemukan di belahan dunia lain kecuali di sini. Tepatnya di Lobu Tua, Barus, Sumatera.
Selain memberi Ibrahim, Zimran, Lokhsan, Medan, Midian, Ishbak, Shuah, Jokshan, Begat, dan Dedan, Sheba (Ratu Saba') adalah pelanjut darah mereka yang kemudian menurunkan Reama -> Balqis ->Putri Shima.
Sebelum menjadi purwarupa Melayu, kita urut dulu garis darah Midian--saudara kandung Sheba--Adibah, yang melahirkan Mala. Pada perjalanannya, garis darah Mala akan teraduk dengan anak keturunan Yusuf as melalui Manasseh (Soeira, Samuel, Abravanel). Maka lahirlah Mizo, Kuki, Chin, Lusei, Lai, Mara, & Hmar. Campuran ajaib itulah yang menjadi Malai/Mus dan bertemu dengan Putri Shima, jadilah hari ini kita sebut anak turunan mereka sebagai Melayu (Bani Jawi). Bani yang terlahir dengan bakat berbahagia di dunia & akhirat.
Proses penalaran yang saya lakukan ini semata demi menggenapi sekian banyak keganjilan sejarah keluarga sendiri. Meski pada akhirnya tetap saja menjadi keganjilan baru yang harus terus dicari jawabannya. Kita sudah dipertemukan dengan riwayat darah yang terentang panjang selama ribuan tahun, demi menumbuhkan lebih banyak lagi pohon Tauhid yang bibitnya pernah ditamam kakek Ibrahim. Benih itu, mengalir deras dalam darah kita masingmasing. Mari kita sirami dengan kasih & cinta. Agar semua makhluk di semesta raya ciptaan, berbahagia. []

Omah Prabata, 12 Jumadil Awal 1437 H

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews