Pohon yang Dikutuk Allah

Imam Husain ra

Kebencian Bani (Dinasti) Umayyah pada Rasulullah Muhammad Saw & keturunan beliau, jelas tak usah disangsikan. Dalam (QS. al-Isra' [17]: 60) Allah menjuluki Bani ini sebagai Syajarah al-Mal’unah (pohon kayu terkutuk/terlaknat). 
Kata syajarah yang kemudian dipakai bahasa Indonesia menjadi 'sejarah,' aslinya bermakna pohon keluarga. Artinya, Bani Umayyah sekeluarga terkena kutukan Allah. Apa latar kutukan itu? Jawabannya adalah rancangan skenario pembunuhan terhadap Imam Husain as, yang disusun sendiri oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan la'natullah 'alaihi--dan dilanjutkan oleh (anaknya) Yazid bin Muawiyah la'natullah 'alaihi.
Ada pun bukti rancangan itu adalah surat yang dikirimkan oleh Muawiyyah kepada Yazid. Berikut ini kami terakan isi surat itu:
"Kepada Yazid dari Muawiyyah bin Abu Sufyan. Tak pelak, kematian adalah peristiwa yang sungguh menyeramkan dan sangat merugikan bagi seorang lelaki berkuasa seperti ayahmu. Namun, biarkanlah, semua peran telah kumainkan.
Semua impian telah kuukir pada kening sejarah dan segalanya telah terjadi. Aku sangat bangga telah berjaya membangun kekuasaan atas nama para leluhur Umayyah. Namun, yang kini membuatku gundah dan tak nyenyak tidur adalah nasib dan kelanggengan pada masa-masa mendatang. Maka camkanlah, putraku, meski tubuh ayahmu telah terbujur dalam perut bumi, kekuasaan ini, sebagaimana yang diinginkan Abu Sufyan dan seluruh orang, haruslah menjadi hak abadi putra-putra dan keturunanku.
Demi mempertahankannya, beberapa langkah mesti kauambil.
Berikan perhatian istimewa pada warga Syam. Penuhi seluruh kebutuhan dan saran-saran mereka. Kelak mereka dapat kaujadikan sebagai tumbal & perisai. Mereka akan menjadi serdadu-serdadu berdarah dingin yang setia padamu. Namun ketahuilah, kedudukan dan kekuasaan ini adalah incaran banyak orang--bak seekor kelinci manis ditengah gerombolan srigala lapar.
Maka, waspadalah terhadap empat tokoh masyarakat yang kusebut di bawah ini:
Kesatu adalah ‘Abdurahman bin Abu Bakar. Pesanku, jangan terlalu khawatir menghadapinya. Ia mudah dibius dengan harta dan gemerlap pesta. Benamkan ia dalam kesenangan, dan seketika ia menjadi dungu, bahkan menjadi pendukungmu.
Kedua, Abdullah bin Umar bin al Khatab. Ia, menurut pengakuannya sendiri, hanya peduli pada agama & akhirat. Seperti mendalami-mengajarkan Al-Qur’an dan mengurung diri dalam mihrab masjid.
Aku meramalkan, ia tidak terlalu berbahaya bagi kedudukanmu, karena dunia di matanya adalah kotor, sedangkan panji-panji Muhammad adalah harapan pertama dan terakhirnya. Biarkan putra kawanku ini larut dalam upacara-upacara keagamaannya dan menikmati mantramantranya.
Ketiga, ‘Abdullah bin Zubair. Ia seperti ayahnya, bisa memainkan dua peran, srigala dan harimau. Pantaulah selalu gerak-geriknya. Jika berperan sebagai srigala, ia hanya melahap sisa-sisa makanan harimau dan ia takkan mengusikmu. Apabila memperlihatkan sikap lunak, sertakanlah cucu Al-'Awam ini dalam rapat-rapat pemerintahanmu.
Namun jika ia berperan seperti harimau, yaitu berambisi merebut kekuasaanmu, maka janganlah mengulur-ulur waktu mengemasnya dalam keranda. Ia cukup berani, cerdik dan bangsawan.
Keempat, Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sengaja aku letakkan namanya pada urutan terakhir, karena ayahmu ingin mengulasnya lebih panjang. Nasib kekuasaanmu sangat ditentukan oleh sikap dan caramu dalam menghadapinya. Bila kuingat namanya, aku teringat pada kakek, ayah, ibu, dan saudaranya.
Bila semua itu teringat, maka serasa sebongkah kayu menghantam kepalaku dan jilatan api cemburu membakar jiwaku. Putra kedua musuh bebuyutanku ini akan menjadi pusat perhatian dan tumpuan masyarakat. Pesanku, dalam jangka sementara, bersikaplah lembut padanya. Karena, sebagaimana kau sendiri ketahui, darah Muhammad mengalir di tubuhnya. Ia pria satria, putra pangeran jawara, susu penghulu para ksatria. Ia pandai, berpenampilan sangat menarik, dan gagah. Ia mempunyai semua alasan untuk disegani, dihormati dan ditaati. Namun, bila sikap tegas dibutuhkan dan keadaan telah mendesak, kau harus mempertahankan kekuasaan yang telah kuperoleh dengan susah payah ini, apa pun akibatnya--tak terkecuali menebas batang leher Husain dan menyediakan sebidang tanah untuk menanam seluruh keluarga dan pengikutnya.
Demikianlah surat pesan ayahmu yang ditulis dalam keadaan sakit. Harapanku, kau segera bersiap melaksanakan pesan-pesanku tersebut."
Surat tersebut diantar oleh Adh-Dhahhak bin Qais al Fihri kepada Yazid bin Muawiyah. Sebagian sejahrawan menyebutkan bahwa Muawiyyah sempat menasihati Yazid dengan pernyataan yang sama seperti tertulis dalam surat di atas. Dampak dari isi surat itu, kita tanggung hingga hari ini. Umat Muslim bertikai, berbalahan, dan saling menumpahkan darah atas nama kebenaran--yang sejatinya hanya milik Allah semata. []



Omah Suluq, 28 Januari 2016

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews