Langit Makna


Dua ribu lima ratus tahun silam, Socrates  pernah memberi hadiah besar pada peradaban manusia setelahnya, “Sebuah kehidupan yang tidak bermakna tak layak dijalani.” Nubuat yang ia sampaikan di Athena sana, jelas tak bisa dinafikan oleh siapa pun. Semua manusia wajib merenungi kehadirannya di muka bumi ini, dan apa makna hidup yang sedang ia jalani. Pertanyaannya adalah, seberapa banyak orang yang mau melakukan telaah atas itu?
Apakah arti sebuah makna? Bagaimana cara menelusurinya? Dengan langkah seperti apa makna harus dimengerti? Kehidupan yang terus berjalan hingga hari ini, sayangnya lalu begitu saja tanpa melewati proses pencarian makna itu. Umat manusia pada Abad-21 ini sudah kesulitan menguliti selubung material yang membungkus dirinya. Bahkan terlampau banyak yang abai menemukan nilai penting dirinya dari sedemikian banyak bahan ciptaan yang ada. Bahkan bisa dipastikan, ada atau tidak dirinya di dunia, laju penciptaan terus berlangsung. Putaran roda waktu akan melindas siapa pun orang yang menganggap kehidupannya sebagai sebuah peristiwa sederhana.
Padahal tidak. Ada rimba misteri yang tabirnya harus disingkap. Hidup manusia kini, hanya kelanjutan dari mimpi dan harapan manusia di masa lalu. Rangkaian halus dari misteri tak terpecahkan oleh mereka–yang kemudian berpindah ke diri kita. Kegelisahan dan ketakutan mereka, yang terus mengendap dalam darah kita. Gagasan merekalah yang menetas dan kita rawat agar kemudian menelurkan lagi makna baru bagi manusia berikutnya. Langit-langit makna takkan pernah henti mengada. Setelah kau tak lagi di sini, siapakah yang melanjutkan ketiadaanmu. []

Dimuat di Latarsastra.com pada 16 Februari 2017

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews