Rambutan Syeikh Nawawi al-Bantani


SUATU masa jelang abad ke duapuluh di Ma'had (pesantren) Nasr al-Ma'arif al-Diniyah, Masjid l-Haram, Makkah, Syeikh Nawawi tengah menerangkan pada para santrinya terkait puasa Ramadhan. "Mengingat Hadits Nabi Saw tentang memakan kurma ketika berbuka, saya beritahu kalian, di negeri saya juga ada buah yang tak kalah manis dengan kurma," ucap Syeikh Nawawi.

"Betul, Syeikh, kalau di jazirah Arabia ini kami memang makan kurma. Lalu bagaimana dengan negeri Syeikh yang tidak ditumbuhi buah kurma?" tanya salah seorang murid beliau.

"Sebentar."

Syeikh Nawawi langsung menyembunyikan tangannya ke bagian punggung. Ratusan santrinya pun mulai terlihat keheranan. Tak lama terdengar oleh mereka suara seperti seseorang yang sedang mengambil buah dari sebuah pohon. Kemudian Syeikh Nawawi menyuguhkan buah rambutan yang persis baru diambil dari pohonnya. Sontak para santri pun keheranan dengan apa yang baru saja dilakukan guru mereka.

"Nah, ini yang saya makan pertama kali ketika berbuka puasa di Jawi (Tanara, Banten). Silakan dicicipi," ujar Syeikh Nawawi sambil membagikan rambutan (ajaib) tersebut kepada para santrinya. 

Kisah tersebut dituturkan turun temurun melalui para murid Syeikh Nawawi dan akhirnya sampai ke saya melalui jalur Rohimuddin Nawawi Jahari al-Bantani. Hikmah yang bisa kita petik adalah, Syeikh Nawawi yang kala itu sudah menjadi Imam Besar Masjid l-Haram, menggantikan posisi Syeikh Achmad Khatib Minangkabau yang menjabat Imam Besar pada medio 1802-1872—ingin memberitahu para santrinya (termasuk umat Islam hari ini), bahwa kurma yang jadi penganan khas masyarakat Arab, tak melulu harus dijadikan santapan berbuka—jika memang ada buah lain yang tak kalah manis. Pendekatan fiqh yang cerdas dan lentur seperti ini, muncul dari seorang ulama Nusantara abad-19 yang bergelar Sayyid l-'Ulama al-Hijaz (Penghulu Ulama Semenanjung Arabia). Ikhwal ketinggian ilmunya pula, hanya Syeikh Nawawi lah satusatunya ulama dunia yang dikebumikan disisi maqbarah istri Rasulullah Saw, Siti Khadijah al-Kubra ra. Maka bisakah kita mengunduh secuil pelajaran berharga dari kehidupan beliau yang mulia? [] 



Ren Muhammad, 26 Mei 1438 H

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews