oleh Muhammad Rizieq
Syihab
Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...
Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...
IMAM Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad rhm (wafat 1.132 H) dalam
kitab Tatsbiitul Fu-aad membahas
tuntas tentang sikap Kaum Rafidhah
(Jamaknya: Rawaafidh) yang selalu
melecehkan Sahabat Nabi Saw dengan "dalih" membela Ahli Bait (keluarga)
Nabi Saw yang suci, dan Kaum Naashibah
(Jamaknya: Nawaashib) yang sering
melecehkan Ahli Bait Nabi Saw dengan "dalih" membela Sahabat Nabi Saw.
Dalam juz 2 halaman 227 kitab tersebut, Imam Al-Haddad rhm
menyatakan tentang Rafidhah dan Naashibah: بعرة مقسومة نصفين : kotoran unta yang dibelah dua.
Rafidhah dan Naashibah adalah musuh bebuyutan. Sepanjang sejarah
tidak pernah akur. Bagaikan air dan minyak, tidak pernah bisa bersatu. Satu
sama lainnya saling mengafirkan, bahkan hingga kini kedua belah pihak saling
bernafsu memerangi dan membunuh pihak lainnya.
Lihat saja konflik berdarah di Iraq dan Syria saat ini, yang
telah menjadi "Tragedi Kemanusiaan" yang sangat memilukan dan menyayat
hati Muslim mana pun yang mencintai "Wihdah Islaamiyyah."
Bagi Rafidhah, Naashibah lebih berbahaya daripada Yahudi mau pun
Nasrani. Sementara bagi Naashibah, justru Rafidhah-lah yang lebih berbahaya
daripada Yahudi dan Nasrani.
Baik Rafidhah mau pun Naashibah sama-sama anti dialog dan anti toleransi
antar madzhab Islam. Mereka selalu menolak bahkan merusak semua upaya
pemersatuan umat Islam sepanjang zaman. Mereka lebih suka perang sesama Muslim daripada
perang melawan Zionis dan Salibis Internasional. Mereka lebih suka membunuh
sesama Muslim daripada memerdekakan Palestina dan Masjid al-Aqsha dari
cengkeraman Israel.
Innaa Lillaahi wa Innaa ilaihi Raji'uun ...
SYIAH dan RAFIDHAH
MEMANG tidak semua Syiah adalah Rafidhah, namun tidak bisa
diingkari bahwa kebanyakan Syiah bersikap Rafidhah. Harus kita akui bahwa di
kalangan ulama Syiah, tidak sedikit yang berupaya mencegah dan melarang
penghinaan terhadap para Sahabat Nabi Saw untuk menjaga dan membangun Ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam),
namun upaya para ulama reformis Syiah tersebut tenggelam dalam fanatisme awam
Syiah yang cenderung bersikap Rafidhah.
Fanatisme awam Syiah tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir
dan menguat akibat aneka kitab Syiah dan pelbagai pernyataan ulama mereka
sendiri yang menghina Sahabat Nabi Saw sekaliber Sayyiduna Abu Bakar ra dan
Sayyiduna Umar ra. Bahkan isteri Nabi Saw, Sayyidah Aisyah ra dan Sayyidah
Hafshah ra pun tak luput dari penghinaan mereka.
Salah satunya, lihat saja kitab Al-Anwaar An-Nu'maaniyyah karya Syaikh Ni'matullaah Al-Jazaairiy
yang isinya dipenuhi dengan hinaan terhadap para Sahabat Nabi Saw. Bahkan dia
mengafirkan Naashibah, dan menuduh semua Aswaja yang tidak mengutamakan
Sayyiduna Ali ra di atas semua Sahabat sebagai Naashibah yang Kafir.
Dalam kitab tersebut juz 2 halaman 307 disebutkan :
إنهم كفار أنجاس بإجماع علماء الشيعة الإمامية ، وإنهم شر من اليهود والنصارى ، وإن من علامات الناصبي تقديم غير علي عليه في الإمامة ."
"Sesungguhnya mereka (Naashibah) adalah Kafir dan Najis
dengan Ijma' Ulama Syiah Imamiyyah. Dan sesungguhnya mereka lebih jahat
daripada Yahudi dan Nasrani. Dan sesungguhnya daripada tanda-tanda seorang
Naashibah adalah mendahulukan selain Ali di atasnya dalam Imamah."
Di Indonesia, sejumlah Tokoh Syiah secara terang-terangan menghina
para Sahabat dan istri Nabi Saw, seperti:
1. Jalaluddin Rahmat dalam buku Sahabat dalam Timbangan Al-Quran, Sunnah dan Ilmu Pengetahuan hal.
7, dan catatan kaki buku Meraih Cinta Ilahi
hal. 404 - 405 dan 493, serta buku "Manusia Pilihan yang disucikan"
hal. 164 - 166.
2. Emilia Renita AZ dalam buku 40 Masalah Syiah hal.83.
3. Haidar Barong dalam buku Umar
dalam Perbincangan di hampir semua bab.
Selain itu, masih ada lagi IJABI (Ikatan Jama'ah Ahlul Bait
Indonesia) yang dinakhodai oleh Jalaluddin Rahmat cs yang sering melecehkan Sahabat
Nabi Saw dalam aneka seminar dan pertemuan. Bahkan sering melecehkan Islam
dengan membela serbaneka aliran sesat seperti Ahmadiyah, sehingga patut disebut
sebagai "Syiah Liberal."
Syiah Rafidhah memang
secara demonstratif, konfrontatif, serta provokatif menunjukkan kebenciannya
kepada Sahabat Nabi Saw, khususnya Sayyiduna Abu Bakar ra dan Sayyiduna Umar ra,
beserta kedua putri mereka yaitu Sayyidah Aisyah ra dan Sayyidah Hafshah ra. Saking
bencinya kepada Sayyiduna Abu Bakar ra dan Sayyiduna Umar ra, kalangan Rafidhah
membuat Doa Dua Berhala yang isinya melaknat habis kedua Sahabat mulia Nabi
Saw tersebut.
Bahkan mereka haramkan siapa pun dari kalangan mereka diberi
nama Abu Bakar atau Umar, atau nama putri keduanya yaitu Aisyah atau Hafshah. Karenanya,
Aswaja sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya "Syiah Rafidhah "
adalah firqah (mazhab) yang sesat
menyesatkan.
Apalagi "Syiah ghulat
(sesat)" yang menabikan atau menuhankan Sayyiduna Ali ra, dan menganggap
para imam mereka sebagai utusan atau titisan tuhan, serta memvonis al-Quran
kurang dan tidak asli lagi, maka Aswaja sepakat bahwa Syiah ghulat adalah kafir dan murtad, bukan
lagi termasuk Islam.
Ada pun "Syiah Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka
bukan ghulat dan bukan Rafidhah.
Mereka adalah saudara Muslim yang harus dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan
dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Riwayat Hadis Syiah
JADI, jangan ada sikap gebyah uyah dengan "peng-umuman"
semua Syiah pasti ghulat dan pasti Rafidhah,
sehingga semuanya pasti kafir dan murtad atau sesat. Sikap seperti itu sangat
gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim serta Kitab
Hadis Aswaja lainnya terdapat "Perawi Syiah," tapi bukan dari kalangan
ghulat yang kafir, sehingga jika
"mereka" dikafirkan juga, maka berarti ada "Perawi kafir"
dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim serta Kitab Hadis Aswaja lainnya.
Itu sangat berbahaya, karena bisa menjadi "bumerang"
yang menyerang balik dan menghancurkan Aswaja. Itu tidak dilakukan kecuali oleh
mereka yang bodoh tentang Ilmu "Jarh
wat Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang pura-pura jadi
Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Syiah dalam Kitab Hadis Aswaja,
menunjukkan bahwa Aswaja dalam periwayatan Hadis memiliki Metode yang netral,
adil, jujur dan amanat, serta jauh dari sikap Fanatisme Madzhab.
Silakan buka pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang
"Riwayat Syi'ah" dalam kitab Mizaanul
I'tidaal juz 1 hal. 29 No.2 pada ulasan "Perawi Syiah" bernama
"Abaan bin Taghlib," dan juz 1 hal.53 No.86 pada ulasan "Perawi
Syiah" yang bermama "Ibrahim bin Al-Hakam."
Semua pernyataan Imam Adz-Dzahabi rhm tentang "Riwayat
Syiah" dinukilkan juga oleh Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolaani rhm dalam kitab Lisaan al-Miizaan juz 1 hal. 103-104, atau
cari dan baca saja langsung dalam kitab-kitab Diraayaat Hadits, nama-nama seperti: Ibrahim bin Yazid, Salim bin
Abil Ja'di, Al-Hakam bin 'Utaibah, Salamah bin Kuhail, Zubaid bin Al-Harits,
Sulaiman bin Mihran, Ismail bin Zakaria, Khalid bin Makhlad, Sulaiman bin
Thorkhon dan Sulaiman bin Qorom. Mereka semua adalah Syiah, tapi ditsiqohkan dan diterima riwayatnya oleh ahli
hadis Aswaja.
Inilah bukti bahwa Aswaja adalah Mazhab Islam yang muhaayid (netral), i'tidaal (adil), tawassuth
(pertengahan), tawaazun (seimbang),
juga tasaamuh (tepa selira).
Wahabi dan Naashibah
MEMANG tidak semua Wahabi adalah Naashibah, namun tidak bisa
diingkari bahwa kebanyakan Wahabi bersikap Naashibah. Memang di kalangan ulama
Wahabi tidak sedikit yang berupaya mencegah dan melarang penghinaan terhadap
para Ahli Bait Nabi Saw dalam bentuk apa pun, demi menjaga dan membangun persaudaraan
Islam, namun upaya para ulama Reformis Wahabi tersebut juga tenggelam dalam
fanatisme awam Wahabi yang cenderung bersikap Naashibah.
Fanatisme awam Wahabi tersebut bukan tanpa sebab, justru lahir
dan menguat akibat aneka kitab Wahabi dan berbagai pernyataan ulama panutan
mereka sendiri yang menghina Ahli Bait Nabi Saw, sekaliber Sayyiduna Ali ra dan
isterinya, Sayyidah Fathimah ra serta kedua putranya Sayyiduna al-Hasan ra dan
Sayyiduna al-Husein ra.
Salah satunya, lihat saja kitab Minhaajus Sunnah karya Syaikh Ibn Taimiyyah sang panutan dan
rujukan kalangan Wahabi, yang isinya dipenuhi penghinaan terhadap Ahli Bait
Nabi Saw. Dalam kitab tersebut, Ibn Taimiyyah menyatakan bahwa imannya Sayyidah
Khadijah ra tidak manfaat buat umat Islam; Sayyidah Fathimah ra tercela seperti
orang munafik; beliau juga seorang yang sial dan selalu gagal, serta berperang
hanya untuk dunia dan jabatan bukan untuk agama, dan juga perannya untuk Islam
tidak seberapa.
Ada pun Sayyiduna al-Hasan ra dan Sayyiduna al-Husein ra tidak
zuhud dan tidak berilmu, serta tidak ada keistimewaannya. Lalu soal pembunuhan
Sayyiduna al-Husein ra hanya masalah kecil, lagi pula ia salah karena melawan
Khalifah Yazid yang benar, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolaani rhm dalam kitab Ad-Durorul Kaaminah juz 1 hal.181 - 182
saat mengulas tentang Ibn Taimiyyah menyatakan:
ومنهم من ينسبه إلى النفاق لقوله في علي ما تقدم
Dan di antara mereka (para Ulama) ada yang menisbahkannya (Ibn
Taimiyyah) kepada nifaq, karena
ucapannya tentang Ali sebagaimana telah disebutkan.
Dalam kitab Lisaanul
Miizaan, Sang Begawan Hadis ini menyimpulkan:
كم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدته أحيانا إلى تنقيص علي.
Berapa banyak sikap berlebihan (Ibn Taimiyyah) dalam merendahkan
perkataan Rafidhah terkadang
mengantarkannya kepada pelecehan Ali.
Sikap berlebihan Ibn Taimiyyah pada akhirnya mengantarkan ia ke
penjara pada 726 H hingga wafat pada 728 H. Sultan Muhammad bin Qolaawuun
memenjarakannya di salah satu menara Benteng Damaskus di Syria berdasarkan
Fatwa Qodhi Empat Madzhab Aswaja, yaitu:
1. Mufti Hanafi Qodhi Muhammad bin Hariri Al-Anshori rhm.
2. Mufti Maliki Qodhi Muhammad bin Abi Bakar rhm.
3. Mufti Syafi'i Qodhi Muhammad bin Ibrahim rhm.
4. Mufti Hanbali Qodhi Ahmad bin Umar Al-Maqdisi rhm.
Bahkan Syaikh al-Islam Imam Taqiyuddin As-Subki rhm dalam kitab Fataawaa As-Subki juz 2 halaman 210
menegaskan:
وحبس بإحماع العلماء وولاة الأمور.
Dia (Ibn Taimiyyah) dipenjara dengan ijma' ulama dan umara.
Namun, akhirnya Syaikh Ibn Taimiyyah rhm bertaubat di akhir
umurnya dari sikap berlebihan, khususnya sikap "takfiir," sebagaimana diceritakan oleh Imam Adz-Dzahabi rhm
dalam kitab Siyar A'laamin Nubalaa
juz 11 Nomor 2.898 pada pembahasan tentang Imam Abul Hasan Al-Asy'ari rhm.
Namun, sayangnya Wahabi saat ini banyak yang tetap berpegang pada
sikap berlebihan Ibn Taimiyah yang justru sudah diinsyafinya. Bahkan banyak
kalangan Wahabi saat ini bersikap "Khawaarij," yang cenderung
"Takfiirii" (suka mengafirkan semua umat Islam yang tidak sependapat
dengan mereka).
Di Indonesia, sejumlah tokoh Wahabi secara terang-terangan
menyatakan bahwa Mazhab Asy'ari adalah bukan Aswaja, bahkan mazhab sesat
menyesatkan, antara lain:
1. Yazid Abdul Qadir Jawaz dalam buku Mulia dengan Manhaj Salaf bab 13 hal. 519 - 521.
Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku Risalah Bid'ah bab 19 hal. 295 dan buku Lau Kaana Khairan Lasabaquunaa Ilaihi bab 6 hal. 69.
3. Hartono Ahmad Jaiz dalam buku Bila Kyai Dipertuhankan hal.165-166.
Selain mereka, masih ada Mahrus Ali yang mengaku sebagai Mantan
Kyai NU melalui lebih dari sepuluh buku karangannya secara eksplisit
menyesatkan aneka amaliyah NU yang bermadzhab Asy'ari Syafi'i.
Karenanya, Aswaja pun sepakat sejak dulu hingga kini, bahwasanya
Khawaarij mau pun Naashibah adalah mazhab yang sesat menyesatkan. Jadi, Wahabi
yang berpaham Khawaarij dan bersikap Nawaashib
juga merupakan mazhab yang sesat menyesatkan.
Ada pun "Wahabi Moderat" yang berjiwa Reformis, mereka
bukan Khawaarij Takfiirii dan bukan juga Nawaashib.
Mereka adalah saudara Muslim yang wajib dihormati bukan dicaci, dirangkul bukan
dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan dalil bukan dengan bedil.
Apalagi mereka masih berpegang kepada sumber Hadis yang sama
dengan Aswaja, seperti Muwaththo'
Malik dan Musnad Ahmad serta Kutubus Sittah, yaitu: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Jami'
At-Tirmidzi, Sunan An-Nasaa-i, Sunan Abi Daud dan Sunan Ibn Maajah, dan kitab-kitab Hadits Aswaja lainnya.
Riwayat Nawaashib
JADI, jangan ada sikap gebyah uyah dengan "peng-umuman"
semua Wahabi pasti Khawaarij Takfiirii
atau pasti Nawaashib, sehingga
semuanya pasti sesat menyesatkan, apalagi sampai mengafirkan mereka. Sikap seperti
itu sangat gegabah dan amat tidak ilmiah, serta bukan sikap Aswaja.
Selain itu, dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim serta kitab Hadis
Aswaja lainnya terdapat "Perawi Khawaarij" dan "Perawi Nawaashib," sehingga jika
"mereka" dikafirkan, maka berarti ada "Perawi Kafir" dalam
Sahih Bukhari dan Sahih Muslim serta kitab Hadits Aswaja lainnya.
Itu juga sangat berbahaya, karena bisa menjadi "bumerang"
yang menyerang balik dan menghancurkan Aswaja. Itu tidak dilakukan kecuali oleh
mereka yang bodoh tentang Ilmu "Jarh
wat Ta'diil" atau oleh "penyusup" yang pura-pura jadi
Aswaja, padahal tujuannya merusak Aswaja.
Justru adanya riwayat Khawaarij dan Nawaashib dalam kitab Hadis Aswaja, menunjukkan bahwa Aswaja dalam
periwayatan Hadis memiliki metode yang netral, adil, jujur dan amanat, serta
jauh jauh dari sikap fanatisme Mazhab.
Silakan baca kitab Al-'Itab
Al-Jamiil 'alaa Ahlil Jarhi wat Ta'diil karya As-Sayyid Muhammad bin Aqil
bin Yahya dengan tahqiq Sayyid Hasan
bin Ali As-Saqqoof seorang ahli Hadis dari Yordania dan ada juga dengan tahqiq Dr. Alwi bin Hamid Syihab,
seorang dosen Hadis di Universitas Hadramaut, Yaman.
Cari dan baca saja langsung dalam kitab-kitab Diraayaat Hadits, nama-nama seperti:
Umar bin Sa'ad, Zuhair bin Mu'awiyah, Ibrahim bin Ya'qub, Ishaq bin Suwaid,
Tsaur bin Yazid, Hariiz bin Utsman, Hushoin bin Numair, Khalid bin Abdullah,
Ziyad bin Jubair dan Ziyad bin 'Alaaqoh. Mereka semua adalah Nawaashib para
pembenci Ahli Bait Nabi Saw, tapi ditsiqohkan
dan diterima riwayatnya oleh Ahli Hadis Aswaja.
Selain itu, masih ada "Perawi Khawaarij" dari berbagai
sekte seperti Ibaadhiyyah, Azaariqah, Haruuriyyah dan Ash-Shufriyyah, antara
lain: Jaabir bin Zaid, Juray bin Kulaib, Syabats bin Rib'i dan 'Imraan bin
Hiththaan. Ada juga "Perawi Murjiah" yaitu Khalid bin Salamah dan
"Perawi Qadariyyah" yaitu Tsaur bin Zaid. Mereka semua adalah Non-Aswaja,
tapi ditsiqohkan dan diterima
riwayatnya oleh ahli Hadis Aswaja.
Syair Imam Syafi'i
IMAM Syafi'i ra dalam Diiwaan-nya
pada halaman 20, menyusun beberapa bait syair untuk menyindir Rafidhah yang selalu menuduh para pecinta Sayyiduna Abu
Bakar ra sebagai Nawaashib, dan
sekaligus juga menyindir Nawaashib
yang selalu menuduh para pecinta Ahli Bait Nabi Saw sebagai Syiah Rafidhah .
Berikut syairnya:
إذا نحن فضلنا عليا فإننا
روافض بالتفضيل عند ذي الجهل
وفضل أبي بكر إذا ما ذكرته
رميت بنصب عند ذكري للفضل
فلا زلت ذا رفض ونصب كلاهما
بحبيهما حتى أوسّد بالرمل
روافض بالتفضيل عند ذي الجهل
وفضل أبي بكر إذا ما ذكرته
رميت بنصب عند ذكري للفضل
فلا زلت ذا رفض ونصب كلاهما
بحبيهما حتى أوسّد بالرمل
Jika kami memuliakan Ali maka sesungguhnya kami ...
Menurut orang bodoh adalah Rowaafidh
lantaran memuliakannya.
Dan jika aku menyebut keutamaan Abu Bakar ...
Maka aku dituduh Naashibah lantaran memuliakannya.
Maka aku akan tetap selalu menjadi Rafidhah dan Naashibah sekaligus ...
Dengan mencintai keduanya hingga aku berbantalkan pasir (mati).
Aswaja
AHLUS Sunnah wal Jama'ah yang disingkat "Aswaja"
adalah bukan Syiah dan bukan juga Wahabi, serta bukan Rafidhah dan bukan juga Nawaashib.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami rhm (w. 973 H) dalam kitab Az-Zawaajir 'an Iqtiroofil Kabaa-ir
halaman 82 mendefinisikan Aswaja sebagai berikut:
المراد بالسنة ما عليه إماما أهل السنة والجماعة الشيخ أبو الحسن الأشعري و أبو منصور الماتريدي
Yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah adalah yang dianut oleh dua
Imam Ahlus Sunnah wal Jamaa'ah yaitu Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari san Abu
Manshur Al-Maturidii.
Dan Imam Al-Murtadho Az-Zabiidii rhm (wafat. 1.205 H) dalam
kitab Ittihaafus Saadah Al-Muttaqiin
juz 2 halaman 6 menyatakan:
إذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد بهم الأشاعرة والماتريدية
Jika disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah secara mutlak, maka yang
dimaksud adalah Kaum Asy'ari dan Kaum Maturidi.
Hampir semua ulama dan fuqaha mazhab Fiqih Hanafi mengikuti mazhab
akidah Maturidi, karena Imam Abu Manshur Al-Maturidii rhm menghimpun ajaran akidah
Imam Abu Hanifah rhm dalam madzhab akidah Maturidiyyah yang dibangunnya.
Hampir semua ulama dan fuqaha mazhab Fiqih Maliki dan Syafi'i,
serta sebagian ulama dan fuqaha Mazhab Fiqih Hanbali mengikuti mazhab akidah
Asy'ari, karena Imam Abul Hasan Al-Asy'ari rhm menghimpun ajaran akidah Imam
Malik, Syafi'i dan Ahmad, rahimahumullaah, dalam mazhab akidah Asy'ariyyah yang
dibangunnya.
Sebagian ulama Hanbali mengklaim sebagai pengikut mazhab akidah
ahli Hadis dan Atsar yang
"dinisbahkan" kepada Imam Ahmad rhm. Mereka mengklaim sebagai Aswaja
yang paling asli dan sejati. Kini, pengikut aliran ini banyak mendapat
"label" sesuai aneka sebab kaitannya, antara lain:
1. Atsari, karena
mengklaim sebagai pengikut Ahli Atsar.
2. Salafi, karena mengklaim sebagai mazhab paling Salaf.
3. Wahabi, kKarena menjadikan pemikiran tauhid Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab sebagai rujukan utama.
4. Khawaarij, karena sering menyalahkan semua umat Islam yang
tidak sejalan dengan mereka.
5. Takfiri, karena sering mengafirkan semua umat Islam yang
tidak sependapat dengan mereka.
6. Nawaashib, karena
sering merendahkan Ahli Bait Nabi SAW dengan "dalih" bela Sahabat
Nabi Saw, bahkan paling suka berteriak mengafirkan dan memusyrikkan ibu dan ayah
Nabi Saw.
7. Musyabbih, karena
dalam menafsirkan sifat Allah SWT menyerupakan-Nya dengan makhluk.
8. Mujassim, karena
dalam mentafsirkan Sifat Allah SWT menjasmanikan Dzat Allah SWT dalam bentuk
jasad makhluk.
Ilustrasi kemunculan takfiri |
Kesimpulan
SYIAH dan WAHABI bukan "agama", tapi "firqah (golongan)," sehingga tidak
tepat istilah "agama Syiah" dan "agama Wahabi," bahkan
istilah tersebut terlalu berlebihan.
"Syiah Rafidhah" dan "Wahabi Nawaashib" adalah golongan sesat menyesatkam yang sangat
berbahaya, sehingga wajib diwaspadai oleh segenap Aswaja, dan harus dibendung
penyebarannya, serta mesti dilawan penistaannya terhadap Ahlul Bait mau pun Sahabat
Nabi Saw.
Sedang "Syiah Moderat" dan "Wahabi Moderat"
yang berjiwa Reformis, mereka adalah saudara Muslim yang wajib dihormati bukan
dicaci, dirangkul bukan dipukul, diajak dialog bukan ditonjok, dilawan dengan
dalil bukan dengan bedil.
Ada pun Aswaja adalah mazhab pecinta Ahlul Bait dan Sahabat Nabi
Saw serta para Salaf yang Saleh, dan Aswaja adalah mazhab yang selalu terbuka
untuk peradaban dialog yang berbasis ilmu dan Akhlak, dalam membangun toleransi
antar umat Islam dari berbagai mazhab mau pun golongan.
Aswaja adalah mazhab Islam yang muhaayid (netral), i'tidaal
(adil), tawassuth (pertengahan) dan tawaazun (seimbang), juga tasaamuh (toleran). Aswaja adalah golongan
yang berjalan di atas jalan Rasulullah Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya serta para Sahabatnya. []
Alhamdulillaahi Robbil 'Aalamiin ...
No comments:
Post a Comment